STAY HAPPY DI MASA PANDEMI

Lockdown, social distancing, physical distancing, stay home, work from home, study from home menjadi istilah yang akrab di kehidupan kita beberapa bulan ini.

Cemas karena rasio penghasilan dan pengeluaran yang makin tidak seimbang, was-was dengan sepak terjang virus yang belum kunjung mereda, ekstra hati-hati menjaga kesehatan diri dan keluarga, sekaligus beragam adaptasi yang harus dilakukan dalam perubahan situasi yang tak biasa.

Semua terjadi pada waktu bersamaan. Energi, pikiran, dan emosi terkuras untuk menghadapi pandemi ini dalam waktu yang tidak pasti. Apa yang bisa kita lakukan?

Pertama, kenali perasaan dan sumber emosi.

Misalnya: Apa yang sedang kita rasakan? Capek? Marah? Sedih? Bosan? Apa yang memicu emosi tersebut? Dengan mengenali apa dan bagaimana munculnya emosi, akan lebih mudah menemukan solusi yang dapat meredakan emosi.

Kedua, dampingi emosi dengan kognisi (nalar/akal sehat).

Memberi reaksi adalah dasar bekerjanya emosi. Mengolah data dan fakta adalah dasar bekerjanya kognisi. Emosi perlu diimbangi dengan kognisi dan informasi, agar reaksi bisa bekerja sejalan dengan data dan fakta. Dapatkan informasi yang benar, akurat, dan dari sumber terpercaya. Bila diperlukan, berbagi dan bertanya lah pada orang yang kompeten di bidangnya.

Ketiga, kenali batas emosi kita.

Takut yang cukup adalah waspada, namun jika berlebihan menjadi paranoid. Cemas yang cukup adalah antisipasi, namun jika berlebihan menjadi kepanikan. Berbagai tanda fisik juga menunjukkan tanda emosi yang berlebihan.

Keempat, lakukan aktivitas yang happy sekaligus produktif.

Hapiness seems to happen while you’re busy. Gunakan waktu untuk menyelesaikan banyak agenda yang mungkin belum sempat terselesaikan. Perluas wawasan, atau tingkatkan penghasilan tambahan dengan mengaktifkan kreativitas. Berbagi dengan orang lain juga bisa mengaktifkan rasa happy.

Kelima, take care of your self.

Tidak ada yang tiba-tiba, semua butuh proses. Jika mie instan saja butuh proses 5-10 menit untuk mengolahnya, apalagi untuk menghadapi pandemi yang tidak mudah ini. Berikan apresiasi untuk diri sendiri. Tidak mudah, tapi sedikit banyak telah belajar untuk mengelola emosi. Banyak rintangan, namun sedang berproses untuk menghadapi tantangan. Jangan lupa, berikan ruang untuk membahagiakan diri sendiri.

Ngemil, jogging, reading, chating, baking, singing, drakor-ing, atau me-time apapun adalah booster penting untuk upgrade toleransi emosi.

Keenam, kuatkan keyakinan kita.

Keyakinan adalah poin penting dalam menghadapi pandemi ini. Yakinlah bahwa kita lah pengendali dari emosi diri sendiri. Yakin bahwa kesungguhan akan membuka jalan keluar, yakin bahwa Tuhan menyempurnakan kebaikan dan segala usaha kita. Pikirkan yang memang perlu diselesaikan. Rasakan apa yang indah untuk dirasakan. Lakukan apa yang bisa kita upayakan. Lepaskan yang perlu dilepaskan. Ikhlaskan apa yang tidak bisa kita kendalikan.

By – Nanin Aritrana, S.E., S.Psi., M.Psi., Psikolog, CH., CHt.