“Gimana masa depanku nanti”
“Mau dibawa kemana hidup ini?”
“Aku ngga bisa apa-apa, mau jadi apa?”
Ketidakpastian, kebingungan, dan kecemasan.
Masa depan, karir, percintaan, hingga kehidupan sosial.
Kalau Anda mengalami perasaan dan pikiran itu saat memasuki 20 tahun, mungkin Anda sedang melewati satu tahap peralihan menuju masa dewasa. Episode ini kerap disebut dengan Quarter Life Crisis.
Usia 20 tahun-an merupakan masa ketika seseorang untuk mulai mengambil keputusan-keputusan besar yang berkaitan dengan rencana masa depan.
Di periode ini, individu menghadapi tahap perkembangan seperti menjalin interaksi dengan orang lain, bekerja, maupun membina hubungan yang lebih personal.
Seseorang aktif “menyiapkan” dirinya untuk peran yang “nyata” dalam karir dan relasi sosialnya. Dalam fase ini terkadang muncul rasa malu, gelisah, cemas, atau kurang percaya diri, terutama ketika membandingkan diri dengan standar yang ada di lingkungan.
Era digital dan meluasnya penggunaan media sosial juga menimbulkan insecurity yang lebih intens pada Quarter Life Crisis ini.
Apa yang bisa dilakukan agar krisis ini dapat dilalui dengan lebih smooth dan happy?
-
- Self-acceptance
Ada banyak hal yang mungkin tidak benar-benar nyaman untuk diterima. Menerima diri sendiri dan seluruh pengalamannya dengan lapang dada, akan sangat membantu melewati fase Quarter Life Crisis ini dengan baik.
-
- Be appreciative
Pikiran, perasaan, dan perilaku saling berpengaruh satu sama lain. Berikan apresiasi pada diri sendiri, orang lain, dan semua situasi yang sedang dijumpai.
-
- Stay focused and keep moving
Fokus untuk melakukan sesuatu, baik dalam karir, pendidikan, relasi sosial, termasuk untuk self-care dan self-love. Pegang kendali atas diri sendiri, agar tidak mudah terpengaruh oleh kondisi sekitar yang kadang kurang mendukung untuk berkembang. Eksplorasi apapun yang ingin dilakukan, dan eksekusi ide-ide yang pernah terpikirkan.
-
- Do the best
Lakukan semua yang bisa dilakukan dengan usaha yang maksimal. Terima dan bangkit kembali jika menemui kegagalan. Gagal adalah bagian dari proses yang menguatkan dan mendekatkan pada keberhasilan.
-
- Don’t compare yourself to others
Apa yang kita dapatkan merupakan hasil dari apa yang kita upayakan. Jadi diri sendiri, nikmati prosesnya, dan temukan peluang-peluang yang ada. Mencari figur sebagai role model itu baik, namun standar dan batasan diri perlu tetap dalam kendali diri. Setiap orang menulis kisahnya sendiri, setiap individu berjalan pada jalurnya masing-masing.
Penulis Oleh: Shofina Izzati, S.Psi.