Mahasiswa Happy Tanpa Depresi di Masa Pandemi

PANDEMI.

“Sampai kapan sih?”

“Mau ngapa-ngapain jadi takut nih”

“Gimana mau ngerjain tugas, paham materi aja kagak”

“Gimana ini magangku?”

“Gimana ini skripsiku?”

“Kuliah daring ini menyiksaku”

Cemas, kawatir, panik, bingung, takut, stres, burnout, depresi, dan keluhan-keluhan psikologis lainnya ini dirasakan oleh hampir seluruh orang di dunia dalam beberapa bulan pandemi ini, termasuk mahasiswa. Kesulitan memahami materi perkuliahan daring, kendala dalam mengerjakan tugas, masalah dalam menyelesaikan tugas akhir, dan berbagai tantangan lainnya.

Mahasiswa semester akhir juga mengalami disorientasi akibat terbatasnya kesempatan magang, menjadi relawan, dan peluang-peluang lain yang biasanya dapat dilakukan di masa transisi menuju dunia kerja.

Terbatasnya ruang aktivitas selama pandemi menjadi tekanan tersendiri, terutama bagi mahasiswa yang terbiasa aktif berkegiatan. Interaksi yang makin intens di rumah juga menjadi tantangan bagi mereka dengan keluarga yang kurang baik relasinya.

Konflipun sering terjadi, baik terkait aktivitas sehari-hari maupun memori yang terkait dengan pengalaman kurang menyenangkan di masa lalu. Permasalahan menjadi makin kuat jika masing-masing anggota keluarga juga mengalami masalahnya sendiri, misalnya orang tua yang kehilangan pekerjaan, mahasiswa yang mungkin terkena deadline skripsi, dan lain sebagainya.

Lalu, apa yang bisa dilakukan?

  • Acceptance and Growth Mindset

Menerima kondisi pandemi sebagai situasi yang tidak dapat dihindari. Tidak menyalahkan keadaan, tidak pula bersikap masa bodoh. Pahami dan terima semuanya apa adanya. Semakin tinggi penerimaan pada situasi, semakin tinggi pula kemampuan untuk menjalani, melalui, dan melakukan upaya terbaik.

  • Knowing yourself

Pahami karakter dan kebutuhan diri, cari solusi yang realistis, kreatif, dan mungkin produktif. Lakukan hobi baru, aktivitas baru, relasi baru, atau keterampilan baru. Jika tidak, lanjutkan dan selesaikan apapun yang telah dan sedang dilakukan. Jeda mungkin diperlukan, namun jangan berpikir untuk berhenti dari “rute perjalanan” yang telah dilewati.

  • Knowing your purpose

Kenali apa yang ingin dicapai dalam 10, 20, 30 tahun mendatang. Pandemi ini adalah salah satu fase dalam rangkaian proses panjang. Jika beberapa bulan ini seperti fase hibernate, maka lihat kembali semua yang telah dilalui dan berikan apresiasi pada diri sendiri.

Selanjutnya, mulai fase restart. Rencanakan kembali, dan segera bergerak lagi, dari hal-hal kecil yang masih ada di dalam kendali.

By – Shofina Izzati & Nanin Aritrana