TETAP TERSENYUM MENGHADAPI TANTRUM

Seorang anak bergulung-gulung di lantai sambil menunjuk sesuatu yang ada di rak toko. Sang ibu berkata dengan nada tinggi, “Kalau kamu tetap seperti itu, ibu tinggal kamu di sini, biar kamu sama Pak Satpam aja.”

Suara tangis anak makin kencang, omelan ibu semakin panjang, dan mereka berdua menjadi pusat perhatian di pusat perbelanjaan. Pemandangan tersebut kerap dijumpai.

Minimarket, toko mainan, restoran, bahkan tempat wisata di sekitar kita. Bisa jadi anak seperti itu sedang mengalami temper tantrum, atau yang biasa disebut tantrum. Ada beberapa bentuk tantrum yang lazim dijumpai. Menangis ketika meminta sesuatu, membangkang tanpa bisa dibujuk, berteriak-teriak tanpa bisa dipahami, melempar barang, atau bahkan tiba-tiba memukul seolah tanpa sebab.

Luapan emosional ini biasanya muncul pada anak berusia 2-3 tahun yang merasa tidak nyaman, namun tidak mengetahui cara mengungkapkannya dengan tepat. Sebagai orang tua, coba pahami apakah anak sedang tantrum atau menunjukkan emosi yang lain. Emosi yang wajar biasanya jelas penyebabnya, serta lebih dapat dikendalikan, baik oleh anak sendiri atau lingkungannya.

Orang tua dapat mendorong anak untuk menyampaikan keinginannya, kemudian mengambil tindakan yang tepat. Jika anak sedang tantrum, hal pertama yang perlu orang tua lakukan adalah tetap tenang. Pahami bahwa anak sedang mencoba menyampaikan sesuatu tapi belum menemukan caranya. Dengan tetap tenang, kita lebih mudah berempati dan memahami apa yang anak inginkan.

Sikap reaktif hanya memperkeruh suasana. Bersikap tegas sekaligus lembut. Tunjukkan bahwa aturan tetap berlaku dan kita tidak serta merta menuruti keinginannya yang sedang tantrum. Orang tua boleh tetap melanjutkan aktivitas jika dirasa aman hingga tantrumnya mereda. Jika perlu, bisikkan padanya, “Ayah tunggu sampai kamu berhenti nangis ya” atau “Bunda tunggu sampai adek bilang baik-baik”.

Jika anak telah berusaha menghentikan tantrumnya namun belum berhasil, tunjukkan empati, misalnya dengan pelukan yang menenangkan atau menawarkan minuman. Setelah tantrum mereda, ajak anak untuk berbicara. Tanyakan apa yang sebenarnya anak inginkan. Jelaskan juga bahwa menangis, berteriak, memukul, atau melempar tidak akan membuat orang tua tahu apa yang anak inginkan.

Sikap-sikap itu juga tidak membuatnya mendapatkan apa yang diinginkan. Berkomunikasi lah dengan orang-orang terdekat, agar mereka juga mengetahui batasan yang ditetapkan untuk anak, terutama jika mereka berinteraksi intens dengan anak. Jika memungkinkan, ajak mereka untuk menerapkan cara yang sama kepada anak. Konsistensi aturan akan sangat memudahkan anak mempelajari perilaku yang diharapkan.

By – Nanin Aritrana, S.E., S.Psi., M.Psi., Psikolog, CH., CHt.